"Sebanyak 14 persen peretas menyasar sektor pendidikan karena saat ini banyak penggunaan pembelajaran elektronik," kata Hendra kepada awak media di Bluegrass & Grill, Jakarta, Selasa (17/6).
Hanya saja, sejumlah lembaga pendidikan justru belum memiliki kesadaran terhadap tren serangan siber ini.Salah satu contohnya aksi peretasan di sektor pendidikan ketika pelaku memanfaatkan komputer yang sedang tak terpakai tetapi dalam keadaan menyala untuk disusup malware. Perangkat keras menurut Hendra terhitung mudah dijangkau oleh para peretas.
"Misal ada lab komputer yang dipakai saat waktu jam sekolah aja, apabila 20 komputer itu bakal disusupi malware misal untuk dipakai cryptojacking dianggap sebagai sumber gratisan," tandasnya.
Selain sektor pendidikan, menurut laporan Intelijen Ancaman Siber Global 2019 Dimension Data, sektor industri finansial dan teknologi masih dianggap sebagai 'ladang' para peretas untuk melakukan serangan siber. Dengan rincian, di posisi puncak sektor finansial sebesar 17 persen dan disusul teknologi 16 persen.Dimension Data juga mencatat peningkatan sebesar 32 persen serangan web dari tahun 2018 hingga saat ini. Hendra menilai peretas masih gemar mencuri username atau nama pengguna dan kata sandi melalui surel phising.
"Serangan web ada peningkatan 32 persen, sebenarnya tidak cuma dari surel phising bisa juga lewat sms token atau token software. Misal Anda diharuskan memasukkan username email lalu peretas dapat mengubah username dan kata sandi itu," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN] (din/evn)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2N1BYqa
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sektor Pendidikan Mulai Jadi Sasaran Aksi Peretasan"
Post a Comment