
Dilansir dari CNN, sekitar lebih dari 28 ribu meter kubik limbah radioaktif yang dihasilkan PLTU Jerman terancam harus ditimbun di tempat lain. Namun, limbah yang sangat berbahaya tersebut butuh lokasi penimbunan yang aman untuk dihuni hingga ratusan tahun ke depan.
Para ahli kini tengah mencari lokasi yang tepat untuk mengubur 2.000-an kotak wadah limbah radioaktif. Salah satu anggota tim riset yakni Profesor Miranda Schreurs mengatakan, tantangan Jerman saat ini menemukan tempat yang benar-benar stabil.
"Tidak mungkin ada gempa bumi, tidak ada tanda-tanda aliran air, tidak mungkin batu yang sangat keropos," kata Schreurs.
Namun, permasalahan utama justru mencari lingkungan yang bersedia wilayahnya dijadikan tempat pembuangan limbah nuklir. Selama ini limbah tersebut disimpan tak jauh dari lokasi PLTN.
Berbagai ahli di dunia sepakat bahwa pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi menghasilkan emisi yang lebih sedikit dibanding dengan batu bara. Namun limbah yang bersifat radioaktif tersebut sangatlah berbahaya jika mengalami kebocoran.
Alasan Jerman sendiri menutup PLTN dikarenakan insiden Fukushima di Jepang pada 2011. Gempa dan tsunami mengakibatkan reaktor aktif mematikan reaksi fisi berkelanjutan dan kegagalan generator cadangan untuk mendinginkan reaktor. Ratusan ribu penduduk terpaksa dievakuasi untuk meninggalkan wilayah tersebut demi keamanan.
Salah satu negara yang cukup berhasil menangani isu tersebut adalah Finlandia. Sebanyak 3421 meter kubik limbah dikubur dalam bebatuan granit. Finlandia menghabiskan dana sekitar US$ 3,9 juta untuk membuat pembuangan permanen tersebut. Dilansir dari The New York Times, butuh hingga satu abad untuk memenuhi tempat tersebut.
Pemerintah Jerman menentukan tahun 2031 sebagai batas akhir pencarian lokasi penguburan limbah nuklir untuk secara permanen. Hingga saat ini, 7 PLTN masih tetap beroperasi hingga 2022. (ndn/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2DHRika
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jerman 'Bingung' Cari Lokasi Kuburan Permanen Limbah Nuklir"
Post a Comment